(Bagian V) 5 Tahun mengenang kepergian dia, August 30, 2009
seminggu
kemudian, seperti yang sudah kami janjikan dan Lisa menyanggupinya,
akhirnya kami jadi pergi menonton. oral test di LIA memang hanya
sebentar saja. sehingga kami masih bisa menonton untuk jadwal penayangan
pukul 15.55. setelah oral test, aku dan Lisa pergi ke Musholah dulu
untuk mengerjakan sholat ashar. seperti biasa, aku dan Lisa berjalan
kaki dari LIA sampai Kalibata Mall. sedangkan Ray dan Nita naik angkot,
mereka akan membelikan dulu tiketnya untuk kami nonton.
masih
gelak tawa dan canda mengiringi perjalanan kami. matahari yang kala itu
sudah menampakan warna oranyenya malu-malu menatap kami dari kumpulan
nimbus yang tebal. tak lupa kesegaran es kelapa muda dengan gula putih
hampir selalu menemani kami disaat jalan bersama. namun, dalam perjalan
kali ini ada kejadian yang tak terduga yang terjadi pada Lisa. sekitar
25 meter setelah kios es kelapa dan 30meter sebelum gerbang kompleks
perumahan anggota DPR Kalibata, Lisa berjalan terhuyung-huyung. beberapa
saat kemudian keseimbangannya pun hilang. untungnya aku sigap disisi
kanannya. tubuhnya yang berbobot sekitar 28kg sudah miring 20derajat ke
kanan, ku tahan sekuat badan dan tenagaku. es kelapa yang ada di tangan
kirinya pun jatuh dan berceceran di atas trotoar. untungnya Lisa masih
menguasai kesadarannya. ia berjalan tertatih-tatih sambil ku pegangi
pinggangnya mencari tempat kering yang tidak kena basahan dari es kelapa
yang jatuh tadi untuk duduk. ia duduk sambil meringis, memijat
kepalanya dengan tangan kirinya.
"Kenapa Lis??" tanyaku khawatir
"Gak tahu Guh, tiba-tiba kepalaku pusing banget"
"belum makan emangnya?? aku beliin obat ya di situ terus gak usah nonton deh sekarang, biar kamu pulang dan istirahat"
"gak usah Guh, gak apa-apa, bentar lagi juga hilang pusingnya"
"tapi kelihatannya kamu pucat banget Lis"
"gak
apa-apa Guh, makasih, yukk, udah agak mendingan nih" katanya sembari
bangkit. namun keseimbangan tubuhnya belum sepenuhnya ia dapatkan. ia
hampir jatuh lagi, untungnya aku sigap dan kembali menahan tubuhnya itu.
ku suruh dia duduk kembali.
"tuh kan, kamu tuh emang sakit, yaudah aku beli obat ya?? dan gak usah nonton"
"beliin obat aja Guh, kita tetap jadi nonton, gak enak sama Ray dan Nita, tolong belikan Bodrex aja."
"lho harusnya mereka yang gak enak sama ka...," sebelum selesai Lisa memotong kalimatku
"aku gak mau mengecewakan mereka Guh,"
"hmmm...,
ya sudahlah, tunggu sebentar ya" kata ku. setelah itu aku berlari ke
warung terdekat untuk membeli obat dan air mineral dan segera berlari
kembali ke Lisa. dia masih duduk memegangi kepalanya.
"ini Lis obat dan airnya"
"makasih
Guh" segera ia minum obat yang aku berikan. beberapa saat kemudian, ia
mencoba bangkit kembali. keseimbangan tubuhnya yang belum pulih benar
membuatku bersiap lagi dengan memegangi tangannya yang halus itu,
jikalau ia terjatuh lagi. tetapi kali ini dengan cepat ia mampu menahan
berat tubuhnya sendiri. setelah ia mendapatkan kembali keseimbangannya,
kami melanjutkan perjalanan. dengan langkah kecil kami melanjutkan
perjalanannya. langkah anggun Lisa yang dulu kini tampak tidak
beraturan. aku semakin khawatir dengan kondisinya saat itu.
beberapa
menit kemudian kami sampai di bioskop Kalibata Mall. kami sampai pas
dengan mulai dibukanya pintu bioskop yang memutar Ada Apa Dengan Cinta.
ku lihat Ray dan Nita sudah menunggu dengan cemas di depan pintu bioskop
2. segera kami mendekati mereka.
"ada apa Guh, kok lama banget??" tanya Ray
"ini
Lisa, tadi dia sakit, kepalanya pusing banget katanya. tadinya mau gue
batalin biar dia pulang dan istirahat. tapi dia tolak"
"loe beneran gak apa-apa Lis??" sekarang Nita bertanya ke Lisa
"gak, gak apa-apa kok Nit, yukk masuk aja, jangan terlalu mengkhawatirkan aku" jawab Lisa
"yaudah deh, yuk masuk, nih tiket kalian." kata Nita sembari meberikan 2 buah tiket bioskop kepadaku.
133
menit lama film AADC yang kami tonton. beragam reaksi ku lihat dari
para penonton yang menonton bersama kami. aku melihat ke arah Lisa, aku
tak tahu apakah ia menonton pertunjukkan bioskopnya pada saat itu.
karena ketika ku lihat dia sedang memejamkan matanya. kalau seandainya
ia tertidur, itu lebih baik menurutku. setelah film usai ku bangunkan
Lisa dengan mengguncangkan pelan badannya.
"Lis, bangun, udah selesai filmnya"
"oh..., maaf, aku ketiduran, pengaruh obat kayaknya"
"yah, kok loe tidur Lis, padahal kan filmnya bagus" kata Ray
"maaf, tapi aku ngantuk banget, tapi aku tadi juga sempat nonton banyak kok"
"oke,
yukk keluar" kata Ray lagi. kami menunggu sebentar sampai antrian
penonton yang lumayan banyak itu habis, lalu kami keluar. setelah di
luar, Nita mengajak kami untuk makan dulu. waktu pada saat itu
menunjukan pukul 17.15, aku pun bertanya kepada Lisa tentang ajakan Nita
tersebut.
"Gimana Lis, kamu mau makan dulu??" tanyaku
"hmmm..., iya deh aku makan dulu" jawab Lisa.
"oke, mau makan dimana kita??" tanyaku pada Nita
"KFC aja kali ya, lumayan murah soalnya daripada McD" jawab Nita
"yaudah, yukk..." ajak Ray.
ketika makan, ku lihat Lisa tampak murung dan tidak bersemangat memakan paket Rp 10.000 KFC.
"Kenapa Lis, dihabiskan donk makanannya" kata ku
"Duileh Teguh, perhatian banget ma Lisa, hahahaha..."
"bukannya perhatian gue, tapi khawatir aja, coz tadi dia udah mau pingsan"
"Hah...!?
iya Lis??" kata Nita Kaget. Lisa hanya menjawabnya dengan senyum.
selesai makan aku mengajak mereka untuk sholat maghrib dulu sebelum
pulang. setelah sholat maghrib, kali ini secara sadar aku memanjatkan
doa kepada Yang Maha Kuasa akan kesehatan Lisa. baru kali ini aku
memanjatkan doa secara khusus dan spesifik kepada seorang teman,
terlebih teman wanita. sangat jarang aku memanjatkan doa dengan
menyebutkan nama seoang teman dalam doa-doaku. aku terbiasa berdoa untuk
teman-temanku secara umum. sepertinya memang ada sesuatu yang membuatku
begitu perhatian kepada Lisa. perhatian lebih yang ku berikan secara
fisik dan imateri memang sangat besar kepada Lisa. mungkin ini lah yang
banyak orang bilang tentang cinta.
selesai sholat kami pun pulang.
aku memutuskan untuk mengantar Lisa pulang, setidaknya sampai depan
rumahnya. aku pun menelpon orangtuaku dulu untuk meminta izin untuk
pulang malam. atas berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk naik
angkot saja ketimbang naik kereta. kami naik angkot 02A yang berwarna
biru muda jurusan Kp. Melayu via Tebet. angkotnya ketika itu masih
kosong. Ray, Nita, Lisa dan aku masuk bergantian. kami mengambil tempat
duduk di bagian dalam. Ray dan Nita duduk di kursi 6. aku dan Lisa
berdampingan duduk di kursi 4. LIsa duduk dekat jendela belakang. selama
pejalanan di angkot aku, Ray dan Nita banyak mengobrol. sedangkan Lisa
sepertinya tertidur. tiba-tiba Lisa menyandarkan kepalanya di pundakku.
Ray dan Nita hanya bisa tersenyum melihat kejadian itu. aku pun tak
dapat dan tak mungkin mengelak. jadi selama perjalanan sampai depan
komplek perumahan Tebet, Lisa tertidur diatas pundakku. ku singkirkan
poni yang menutupi keningnya dengan telapak tangan kiriku untuk
merasakan suhu tubuhna saat itu. badannya hangat, sepertinya dia memang
benar-benar sakit.
sekitar 45menit, kami lalui perjalanan dari
Kalibata sampai komplek perumahan Tebet. dengan aba-aba dari Ray untuk
membangunkan Lisa karena sudah sampai, ku tepuk pundak kanan Lisa pelan
untuk membangunkannya.
"Lis bangun, udah sampai depan komplek rumah kamu nih" kataku
"Oh..., eh maaf Guh, aku tidur di pundak kamu"
"biasa
aja kali Lis, yuk turun" ku keluarkan uang sepuluh ribuan untuk
membayar angkot untuk 4 orang. kami berjalan menyusuri komplek perumahan
itu. sampai akhirnya kami berhenti di sebuah rumah dengan pagar hitam
dan cat tembok putih. rumah ini adalah rumah Lisa. tidak berbeda jauh
dengan rumah-rumah di komplek itu bentuknya. rumahnya terbilang luas. ku
perkirakan luasnya mencapai 500 - 600 meter2. rumahnya memiliki halaman
depan yang luas. kira-kira halaman tersebut memiliki luas sekitar 27m
kuadrat. rumput golf menyelimuti hampir 3/4 halaman depan rumahnya. ada
jalan setapak yang berisikan ratusan batu koral putih yang bersih. 3
pohon Hyuphorbe lagenicaulis (Palem Botol) berjejer rapi di balik pagar.
dan 3 pohon kembang sepatu yang telah dipangkas menyerupai tumbuhan
jamur tertata rapi di taman tersebut. disisi kanan taman tersebut ada
sebuah air terjun buatan bertingkat tiga. suara percikkan airnya mampu
membuat tenang pikiran orang-orang yang mendengarnya. namun yang menarik
perhatianku bukanlah suara percikkan air tersebut. melainkan tatanan
rapi berbagai jenis bunga yang tertata begitu rapih di sekeliling air
terjun itu. 5 tanaman kamboja jepang dengan mahkota bungannya yang
berwarna pink itu mekar penuh dan menunjukan pangkalnya yang berwarna
putih berdiri rapi di sisi kanan air terjun. di sebelh kamboja jepang,
ada kumpulan Rosa alba (mawar putih) yang juga sedang memekarkan
bunganya berjejer rapi mengelilingi air terjun sampai disisi kirinya.
lalu terakhir ada tanaman melati yang pula memekarkan bunganya. semerbak
wangi bunga tersebut menyeruak dihembus angin-angin kecil yang
dihasilkan oleh percikkan air terjun. Ray menggeser pagar dorong rumah
Lisa ke kanan dan kami masuk. Lisa mempersilahkan kami duduk di kursi
yang sudah ada di teras rumahnya. kami duduk yang berasal dari anyaman
bambu yang sepertinya berasal dari daerah pengrajin bambu di Kulonprogo.
ku perhatikan lagi taman di rumahnya itu. tak hanya di sekirat air
terjun buatan yang memiliki bunga. tepat di depan kami, tepatnya di
depan teras juga berbjejer tanaman Tunakarmen. namun, tanaman ini belum
berbunga. tanaman ini baru berbunga ketikan musimkering tiba. 4 pot
gantung berisi tanaman wijaya kusuma atau bunga sedap malam yang siap
memekarkan kuncup bunganya. konon katanya orang yang menanam tanaman ini
adalah orang yang paling sabar dan penuh kasih sayang diantara yang
lain.
tidak beberapa lama kemudian Lisa keluar lagi membawakan
sebotol sirup yang berisi air putih dingin dan 3 buah gelas. ia pu duduk
bersama kami di kursi yang terbuat dari anyaman bambu tersebut. lalu
seorang wanita keluar. Lisa memperkenalkan wanita tersebut sebagai
Ibunya. lalu suasana akrab pun terbangun diantara kami. dalam
pembicaraan kami malam itu, Ibunya Lisa banyak bercerita tentang pribadi
Lisa kepadaku. diantara orang-orang yang berada di teras seluas 9m2
itu, aku adalah orang baru. dan tak ku sangka, taman yang indah dengan
berbagai macam bunga yang ada disana, semuanya ditanam dan dirawat oleh
Lisa sendiri. dalam hatiku, ku puji dan ku kagumi ketelatenan dan
kesabaran Lisa dalam merawat bunga-bunga tersebut. hal ini semakin
membuatku jatuh hati kepada Lisa. aku tak bisa memakai kata-kata lain
selain kata sempurna untuknya. dia cantik, dia pintar, dia penyayang,
dia penyabar.
to be continued...
No comments:
Post a Comment