Tuesday, 4 August 2015

( Bagian IV) 5 Tahun Mengenang Kepergian Dia, August 30, 2009

 


Kamis lusanya, kami jalan bersama lagi. kali ini dia yang menraktirku es kelapa. selama perjalanan itu kami membicarakan banyak hal. aku sendiri sampai heran, karena ada saja topik yang kami bicarakan. hatiku benar-benar berbunga-bunga pada saat itu. semua keterpesonaanku terhadap Lisa benar-benar terbingkai rapi dalam hatiku. suasana sore seakan memberi warna tambahan dalam bingkai tersebut. matahari yang masih terlihat dan memancarkan warna oranyenya menyinari rambut Lisa yang kali ini ia jepit ke belakang helaian rambut di sisi kepalanya membuatnya tampak lebih berkilau. emperan kios tanaman hias yang menjual berbagai macam bunga seperti Resaceae, Ixora javanica, Dendrobium orchidaceae dan lain-lain di bantaran rel kereta menambah keasrian suasana hatiku. rasanya aku ingin sekali membeli satu tanaman Impatiens balsamia yang bunga berwarna ungunya itu sedang mekar dan ku berikannya kepada Lisa. barisan Leucaena leucocephala yang berjajaran sepanjang jalan yang rindang menambah damai hati ini. biji petainya yang berwarna merah terang itu berserakan jatuh dari batangnya yang bergoyang dihembus desiran angin sepoi-sepoi. ditambah lagi dengan deretan Acacia auriculiformis atau pohon bunga kertas yang tumbuh dari balik pagar setinggi 3 meter kompleks perumahan anggota DPR Kalibata itu sedang memekarkan bunga-bunganya yang berwarna merah jambu seakan melambangkan warna hatiku pada saat itu. gelak tawa mewarnai perjalanan kami saat itu. pembicaraan mengenai hobi, hewan kesayangan sampai tebak-tebakan lucu membuat diriku seakan tak ingin cepat-cepat menyelesaikan perjalanan singkat ini. di akhir perjalanan kali ini aku mengantarkannya masuk ke dalam stasiun. sebelum ia naik kereta, aku sempat meminta no hpnya. sampai sekarang aku masih dapat mengingat no hp-nya. bahkan aku masih menyimpannya di phonebook di hp-ku.
dua bulan sudah kedekatanku dengan Lisa. segala macam ledekkan dan candaan dari teman-teman dan guru LIA kelas FSC 4 ruang 314 sudah menjadi hal yang lumrah dan biasa bagiku dan Lisa. tak hanya guru tetapku, Mrs. Dosche, tetapi juga guru pengganti yang biasa menggantikan Mrs. Dosche, Mr. Reza ikut-ikutan meledekku. aku dan Lisa bahkan sudah menjadi pasangan tetap ketika ada tugas dalam buku modul yang bercirikan "role play". kedekatanku dengan Lisa membuat sesuatu yang berbeda dan aneh dalam diriku. entah apa yang berbeda dengan Lisa. setiap dekat dengannya aku merasakan sebuah ketentraman hati yang hanya bisa dikalahkan oleh rasa tentram ketika ku sholat. sketsa-sketsa berbagai mimik dari wajah Lisa selalu menghiasi hariku walaupun dia tak dekat denganku. aku tak bisa menjelaskan seluruhnya perasaan ini. baru pertama kali ku rasakan hal ini. aku tak tahu apakah Lisa juga merasakan hal yang sama denganku ini. keanehan berbeda juga diungkapkan oleh dua sahabat karib Lisa. suatu hari ketika kelas belum pernah dimulai, kami berempat bercanda dan mengobrol di kelas.
"Guh, gw merasakan keanehan dengan Lisa." Kata Ray
"Hah...!? aneh gimana maksud loe??" jawab ku
"Iya, gw aneh aja ma tuh anak, kalo jalan ma kita-kita dia lebih pendiam, tapi kalo dekat-dekat lu kayaknya dia banyak ngobrol. jujur gw belum pernah lihat Lisa tertawa lepas yang kayak tadi pas becanda ma loe."
"ah yang bener loe, mang gitu Lis...??" tanyaku pada Lisa
"emang iya, ya...?? loe aja kali Ray yang gak pernah liat gw ketawa lepas" Jawab Lisa
"lah nih anak, malah tanya balik, tapi biasanya sih yang kayak gini terjadi karena kalian udan saling cinta" timpal Nita
"iya, lagian sebenarnya kalian berdua udah pacaran apa belum sih?? gue liatin kayaknya makin hari makin lengket aja, hahahahaha..." kata Ray. setelah Ray berkata begitu aku dan Lisa saling memandang. ku lihat wajah Lisa yang agak memerah menahan malu dengan senyum manisnya yang khas. begitu juga aku, aku pun tersenyum dan tak berapa lama kemudian kami berdua tertawa.
"hahahahaha..., jadian...?? belum kali, tenang aja kalo udah juga bakalan aku kasih tahu, hahahahah..." kata Lisa. aku hanya bisa tertawa mendengarnya.
"oke, eh ngomong-ngomong abis oral test minggu depan kita nonton yuk...??" kata Ray.
"Hmmm..., nonton apa?? dimana" tanyaku
"AADC aja, gw belum nonton tuh, kita nonton di Kalibata Mall aja, gimana" jawab Ray. pada waktu itu memang film Ada Apa Dengan Cinta sedang booming-boomingnya. teman-teman sekolahku juga sering membicarakannya. film yang dibintangi oleh Dian Sastro dan Nicholas Saputra itu memang menjadi salah satu ikon kebangkitan film Indonesia pada saat itu.
"gue sih oke-oke aja, Gimana Lis??" tanyaku pada Lisa.
"ah Lisa mah kalo loe ikut, dia juga pasti ikut, hahahahaha" timpal Nita sebelum Lisa menjawab.
"hmmm..., lihat minggu depan aja ya, takutnya ada tugas" jawabnya polos.
tak berapa lama, bel tanda kelas dimulai berbunyi. selama pelajaran hari itu, aku merenungkan perkataan Nita dan Ray tentang cinta dan pacaran. apakah perasaan ini yang disebut cinta. aku benar-benar tidak mengerti tentang hal ini. aku bisa diibaratkan dengan bayi yang baru lahir di dalam dunia cinta ini. banyak memang teman-temanku yang sudah mulai berpacaran bahkan sejak dari SD dahulu. masih ku ingat bagaimana Vima, teman SD-ku, menitipkan sepucuk surat kepadaku untuk diberikan kepada senior yang juga tetanggaku, Bang Hakim. lalu beranjak SMP ada temanku Asti yang menangis karena tertangkap berkirim surat di kelas dan diledek oleh guru bahasa Inggris, Pak Ariffudin. aku benar-benar baru di dunia cinta ini. aku makin penasaan dengan kata cinta ini. rasa penasaranku ini membuat diriku tidak berkonsentrasi dalam pelajaran. sampai-sampai aku tidak sadar kalau aku dipanggil oleh guruku dan tepukkan keras dari Chandra menyadarkanku kembali.

No comments: