Wednesday, 5 August 2015

Am I Wrong

NICO & VINZ LYRICS

  "Am I Wrong"

disini akan mengulas dan menyampaikan arti dibalik lirik lagu " Am I Wrong" ini, cukup ga asing dengan lagu ini yang sering diputar di radio-radio Jakarta kan?

Oooooh
Oooooh
Am I wrong for thinking out the box from where I stay?
Am I wrong for saying that I choose another way?

Dari lirik pertama ini disampaikan "Apa yang salah dengan pikiranku diluar yang dipikirkan orang-orang dan memilih pilihan dari jalan normal yang dipilih rata-rata orang". tahu sendiri kan ya guys, kalau dilingkungan yang masih belum menghargai keputusan yang kita ambil dan beda dari orang lain, pasti banyak yang "under estimate" pilihan yang kita pilih, bukannya dapat semangat dan support tentang jalan yang kita pilih malah dijatuhin. Nah, hal ini yang seharusnya saling menghargai apa yang kita pilih dan turut senang, kalaupun di endingnya bakalan tidak sesuai ekspetasi kita, ya itu proses pendewasaan yang tiap person harus melewati titik itu.

I ain't tryna do what everybody else doing
Just cause everybody doing what they all do
If one thing I know, I'll fall but I'll grow
I'm walking down this road of mine, this road that I call home

Masuk ke dalam lirik ke dua. I ain't do (Aku tidak melakukan yang orang lain lakukan), kalau ada hal lain yang di ketahui, mungkin akan jatuh tapi jatuh untuk bangkit sebagai pijakan/ lompatan ke yang lebih tinggi dan I'll grow up dan menjadi wise dalam menghadapi permasalahan hidup. dan berjalan sesuai yang saya pikirkan dan saya menyebutnya "home". Berjalan ke arah sesuai dengan pikiran dan pilihan dan itulah rumahku.

So am I wrong
For thinking that we could be something for real?
Now am I wrong
For trying to reach the things that I can't see?
So Am I Wrong
(Jadi, apakah salah?) salah karena menjalani apa yang diyakini dan menurutnya itu menuju rumah dengan berjalan apa yang dipikirkan. Apakah salah karena berpikir bahwa kita bisa meraih sesuatu yang nyata? Apakah salah karena mencoba untuk menggapai yang mungkin tidak terlihat? Apakah harus mengikuti apa yang oran lain inginkan dan terlihat? 

But that's just how I feel (ooh, ooh, ooh, ooh ooh)
That's just how I feel (ooh, ooh, ooh, ooh ooh)
That's just how I feel
Trying to reach the things that I can't see (ooh, ooh, ooh, ooh ooh)

Am I tripping for having a vision?
My prediction: I'm a be on top of the world

Apakah karena pilihan atau jalan yang telah dipilih, lantas harus meraih hal yang sama orang lain dapatkan? yah, tapi itu hanya perasaan saja. Apakah mungkin terjebak dan memiliki capaian yang diinginkan? padahal perkiraan bahwa aku akan menjadi "Top Of The World"

Walk to walk and don't look back, always do what you decide
Don't let them control your life, that's just how I feel
Fight for yours and don't let go, don't let them compare you, no
Don't worry, you're not alone, that's just how we feel

ke lirik selanjutnya bahwa teruslah berjalan dan jangan berpaling ke belakang, dan selalu yakin dengan pilihan yang telah dibuat. jangan sampai itu mempengaruhi dan mengontrol kehidupanmu, karena itu cuma perasaan, yakinlah.


Am I wrong (am I wrong)
For thinking that we could be something for real?
(Oh yeah yeah yeah oh)
Now am I wrong (am I wrong)
For trying to reach the things that I can't see?
(Oh yeah yeah yeah yeah)


But that's just how I feel,
That's just how I feel
That's just how I feel
Trying to reach the things that I can't see

If you tell me I'm wrong, wrong
I don't wanna be right, right
If you tell me I'm wrong, wrong
I don't wanna be right
[2x]

Am I wrong
For thinking that we could be something for real?
Now am I wrong
For trying to reach the things that I can't see?

But that's just how I feel, (ooh, ooh, ooh, ooh ooh)
That's just how I feel (ooh, ooh, ooh, ooh ooh)
That's just how I feel
Trying to reach the things that I can't see

So am I wrong (am I wrong)
For thinking that we could be something for real?
(Oh yeah yeah yeah oh)
Now am I wrong (am I wrong)
For trying to reach the things that I can't see?
(Oh yeah yeah yeah yeah)

But that's just how I feel,
That's just how I feel
That's just how I feel
Trying to reach the things that I can't see 
Kesimpulannya, apapun pilihan kita tetap yakin dan percaya bahwa pilihan kita tersebut adalah yang terbaik, hasil tidak menentukan siapa kita, tapi menentukan seberapa dewasa terhadap masalah diluar sana and I'm will be Top of The World!

Mein Traumhaus In der Natur

Schriftsteller : Maya Ayu Wulandari

Ich möchte ein Haus mit Garten am Dorf haben. Es muss auch ein Moschee, einen sportßlaz und ein Schwimmbad haben. Das Haus ist 400 Quadratmeter groß. Das Haus hat zwei stöcke. Im Erdgeschoss gibt es einen Küche, eine sauna, und zwei Zimmer. Im ersteh stöck gibt es ein Wohnzimmer, ein Schlafzimmer mit zwei Balkons und zwei Bäder. Im jedeh Wohnzimmer gibt es einen Fernseheappart, drei Sessel und ein bequemes Sofa. Ich möchte viele Katzen in unseren Haus haben. Im Haus gibt es viele Fernster. Es gibt eine Groß Garage Tür in dem meine Ferrari gibt. Das Haus muss auch viele Balkone haben, so kann ich mich sonnen. Ich weiß, das es sehr schwer dieses Haus zu realisieren ist, aber man kahn träumen.

5 tahun mengenang kepergian dia (end), August 30, 2009



Papandayan_

secara kasar, kedekatanku bersama Lisa sudah terhitung selama 4 bulan sejak kejadian di akhir bulan Januari 2004. namun secara bersih, kedekatanku itu sebenarnya belum menginjak usia 1 hari. kedekatanku baru berumur 10 jam 40 menit. banyak yang mengira kami sudah berpacaran atau semacamnya. tetapi sebenarnya diantara kami, dan terutama aku, belum berpikir ke arah itu.
sejak kejadian kamis itu, Lisa tampak lebih pucat dari biasanya. ritual jalan bersama yang ku lakukan dengan dirinya pun sekarang tak lagi rutin. Lisa lebih banyak dijemput oleh orang tuanya. ku hanya berpikir kalau itu baik untuk kesehatan Lisa, itu tak masalah bagiku. yah..., apa boleh buat. perjalanan yang menyenangkan itu harus berkurang. aku merasakan kesepian selama perjalanan ku pulang. perjalanan dari LIA sampai Stasiun Kalibata yang berjarak 1km itu, kini harus ku tempuh sendiri. aku merasa kehilangan selama perjalanan tersebut. tak hanya aku, bapak penjual es kelapa yang biasa aku beli es kelapa kepadanyapun merasa kehilangan.
"temannya yang perempuan kemana dik??" tanyanya
"lagi sakit Pak, sekarang dia sering dijemput"
"oh..., kalau ketemu salam dari saya ya dik, saya doakan supaya cepat sembuh"
"oh iya Pak, Insya Allah nanti saya sampaikan"
aku hanya bisa menghadirkan memori indah tentang perjalanan itu untuk menghiburku selama perjalanan. tak terkadang, aku pun tersenyum sendiri ketika mengingat memori itu. musim kemarau di bulan Mei itu seakan menggambarkan kekeringan hatiku. suasana perjalanan pun sepertinya menggambarkan suasana hatiku. deretan pohon bunga akasia mengering dan tak menampakkan bunganya yang berwarna pink itu. bunga-bunga di kiosk penjual bunga pun tampak lesu dan jarang yang bermekaran. hanya serakan biji petai cina yang berwarna merah delima itu yang mewarnai perjalananku.
tak terasa sebentar lagi ujian nasional akan segera bergulir. aku mengintensifkan waktu belajarku, begitu pun Lisa. ia sekarang tampak tekun membaca buku pelajaran sekolah di waktu sebelum les dimulai. tak jarang juga, kami pun sering berdiskusi, sekadar bertukar pikiran untuk menambah ilmu serta test kecil-kecilan untuk mengukur kemampuan kami. kami pun memasang target untuk pencapaian hasil ujian kami. kami sama-sama bertekad untuk dapat diterima di SMA negeri favourit yang terletak di kawasan Bukit Duri.
hal tak wajar terjadi kepadaku ketika ujian nasional digelar. aku jatuh sakit dan terdiagnosa sebagai typhus. aku pun harus mengerjakan ujian nasionalku di rumah sakit. tapi penyakitku ini tak menyurutkan semangatku. soal demi soal ku kerjakan dengan segenap kemampuan dan keyakinan diri.
ketika kembali bertemu Lisa, kami mendiskusikan tentang ujian nasional yang telah kami tempuh itu. namun kegiatan belajar bersama pun masih kami lakukan karena setelah itu ada ujian akhir sekolah. biologi menjadi pusat perhatianku. aku memang memiliki kekurangan dalam bidang ini. namun Lisa membantuku. menurut Nita yang menjadi teman sekelasnya, Lisa adalah murid kesayangan guru biologi di sekolahnya. ia sangat pandai dalam bidang ini. hubungan timbal balik dalam pelajaran sekolah terjadi diantara kami. aku pun membantu Lisa, yang menurutnya sangat kurang, dalam pelajaran fisika dan sejarah.
ketika ujian akhir sekolah berlangsung, aku tak lagi jatuh sakit, sehingga aku benar-benar bisa mengerjakan ujian itu dengan kemampuan terbaik maksimalku. setelah ujian nasional dan ujian akhir sekolah, final test dari LIA pun segera bergulir. sama seperti ujian-ujian yang lain, aku pun belajar bersama Lisa. dan ketika hari-H tiba, aku benar-benar mengerjakan dengan sungguh-sungguh. ketika ujian berlangsung aku duduk di tempat favouritku, di pojok dalam dekat jendela. sama seperti ketika kali aku masuk dan pertama kali ku bertemu Lisa, aku sering menatap ke arah jendela di sela-sela ujian. sekadar untuk memanggil kembali ingatanku teori pelajaran dalam ujian tersebut ataupun menyegarkan otak. ku lihat Lisa, yang duduk di depanku, tampak terlihat tekun mengerjakan soal-soal tersebut. di hari terakhir, atau tepatnya setelah oral test, aku dan Lisa memutuskan untuk menikmati sore itu dengan kembali berjalan kaki menuju Stasiun Kalibata. aku benar-benar menikmati sore itu. setelah hampir sebulan aku jalan sendiri, kini teman yang selalu menemani perjalananku kembali. ini adalah perjalanan terakhir kami di bulan Juni.
pengumuman hasil ujian nasional telah dikirim ke rumahku. Lisa meng-sms ku. ia menanyakan hasil ujianku. namun saat itu aku sedang tidak berada di rumah. aku sedang melakukan perpisahan SMP di Yogyakarta. ia juga mengabarkan hasil ujiannya. Alhamdulillah, aku dan dia bersyukur atas hasil ujiannya sesuai dengan harapannya dan dia optimis bisa masuk SMA favoritnya dan tak lupa ia mendoakan untuk hasil ujianku agar sama bagus dengannya. sesampainya kembali dari rangkaian acara perpisahan di Yogyakarta, aku pun langsung melihat hasil ujianku. ternyata nilaiku tak sesuai harapanku, tetapi aku puas dengan pencapaianku itu. segera aku kabari Lisa. dia menyemangati ku dengan kata-katanya yang halus. beberapa hari kemudian awal tahun ajaran baru sekolah dan awal term baru LIA dimulai. Lisa diterima di sekolah favourit pilihannya. aku sendiri diterima di sekolah favorit pilihanku di dekat rumahku. aku pun senang karena dapat bertemu Lisa kembali. sepertinya Lisa sudah kembali sehat dan bisa kembali menemani perjalanan pulangku. namun, ritual itu harus berakhir di bulan agustus. jadwal sekolahku yang bentrok dengan jadwal LIA memaksaku untuk pindah hari. ku sadari, ketika aku pindah hari, kecil kemungkinanku untuk bertemu Lisa kembali. aku pun berpamitan kepada Lisa dengan ikut mengantarnya sampai rumahnya. ketika berpamitan, aku merasakan kesedihan yang belum pernah ku alami sebelumnya. ia pun tampak sedih dengan kalimat pamitku. rasa sedih dan haru ketika perpisahan SMP di Yogyakarta dikalahkan dengan rasa sedih berpisah dengan Lisa. namun kami saling menyemangati. kami berjanji untuk menjaga pertemanan ini, setidaknya melalui sms. dalam hatiku ku berdoa kepada Yang Maha Bijaksana agar dapat segera mempertemukan aku kembali dengannya.
seminggu pertama setelah kami berpisah, kami masih berhubungan lewat sms sekadar menanyakan kabar, bercanda, berdiskusi tentang pelajaran sekolah yang baru kami terima ataupun mengucapkan selamat malam. hal ini membuat hatiku merasa dekat dengan Lisa, walaupun kami jauh. namun, di minggu kedua bulan agustus Lisa sudah jarang membalas sms-ku. memasuki minggu ketiga, Lisa sudah tidak pernah membalas sms-ku. aku tak pernah berburuk sangka kepadanya. aku hanya berpikir Lisa sibuk dengan tugas-tugas dari sekolah. namun tetap saja hatiku tidak tenang dan selalu bertanya ada apa dengan Lisa. aku sempat berpikir untuk mendatangi rumahnya untuk mengetahui kabarnya. namun, aku urungkan niatku itu karena takut mengganggunya.
hari Jumat, 20 Agustus 2004, merupakan hari yang teraneh yang pernah kurasakan. diawali ketika sholat tahajud, aku beberapa kali lupa bunyi ayat yang sedang ku lantunkan dalam sholatku itu. tak sampai disitu, ketika aku membaca Al-Quran, aku menjadi terbata-bata. beberapa tajwid salah ku lantunkan. padahal sebelumnya ini belum pernah terjadi. entah apa yang telah terjadi, hatiku benar-benar tidak tenang ketika itu. keanehan hari itu berlanjut di sekolah. aku selalu melakukan kesalahan ketika mencatat, sehingga banyak sekali coretan dalam catatanku. dalam pelajaran fisika, yang kala itu sedang praktek pengukuran, aku tidak berkonsentrasi penuh. tanpa ku sadari aku melukai jariku sendiri dengan jangka sorong yang sedang ku pegang itu.
---
(sementara itu masih di hari yang sama di tempat lain...)
ruang operasi di sebuah rumah sakit dengan peralatan lengkap di Jakarta sudah dibuka pada pukul 10.00. ada agenda operasi pengangkatan kanker otak pada hari itu. pasien hari itu adalah seorang anak SMA. para ahli bedah yang telah dijadwalkan untuk menangani pasien tersebut sudah bersiap di ruang operasi. operasi kanker otak merupakan operasi dengan kesulitan tinggi. para ahli bedah saraf harus benar-benar berkonsentrasi penuh karena kompleksnya sistem utama jaringan tubuh manusia itu. operasi kala itu berlangsung sesuai prosedur. para ahli bedah memberikan bius dengan dosis yang disesuaikan untuk lamanya operasi tersebut. lalu mereka membuka batok kepala sang pasien dengan hati-hati. setelah batok kepala terbuka, mereka mereka mulai melakukan pengangkatan sel-sel otak yang telah terjangkiti kanker tersebut dengan hati-hati. setelah semua kanker dalam sel-sel otak tersebut diangkat, dan para ahli bedah memasukan sel-sel otak yang baru ke dalam kepala sang pasien. setelah itu, mereka kembali menutup batok kepala yang tadi dibuka. operasi ini berjalan dengan sukses. namun sang pasien masih belum sadarkan diri.
---
senin pagi, sekitar jam 10.00, aku menerima sms dari Ray. ia ingin menemuiku untuk menyampaikan sesuatu yang dititipkan dari Lisa. senin sore setelah sekolah, aku langsung pergi menuju LIA. setelah sampai, aku menunggu di lobi utama LIA Pengadegan dengan sabar. tak beberapa lama kemudian bel berbunyi, tanda term pukul 15.00 - 17.00 hari senin selesai. aku pun langsung melihat Ray di tengah kerumunan murid-murid LIA di hari itu. Ray memberikanku sebuah amplop kecil berwarna pink dengan tulisan "to: Teguh" di sisi depannya. aku mengenali tulisan tangan itu sebagai tulisan Lisa. entah mungkin sedang terburu-buru, Ray berlalu meninggalkanku
"kalau bisa, bacanya di rumah aja..." sambil ia pergi. aku bisa melihat matanya yang berkaca-kaca ketika ia meninggalkanku. tapi aku tak tahu apa maksudnya. sesuai dengan sarannya, aku pun tidak langsung membaca surat dari Lisa tersebut di LIA. namun dalam perjalanan pulang, hatiku benar-benar penasaran akan isi surat itu. rasa penasaranku itu bisa ku redam sampai aku sampai di rumah.
malam harinya sebelum sholat tahajud, aku mengeluarkan surat Lisa dari dalam tasku. tulisan tangannya membuat kerinduanku kepada Lisa menyeruak. ku keluarkan kertas surat dari dalam amplopnya. kertas itu adalah kertas file dengan warna pink dan gambar Hello Kitty di sisi pojok kanan bawahnya. ku baca perlahan isi surat yang di tulis tangan itu:
---
Assalamu'alaikum Wr Wb
Apa kabar Guh? aku harap kamu baik-baik saja dan tetap ceria seperti biasanya. sebelumnya aku minta maaf, karena aku jarang balas sms kamu. jujur Guh, pas aku baca sms kamu, aku pun kangen sama kamu. aku juga rindu canda kamu, tawa kamu, es kelapa yang selalu kita beli ketika jalan pulang dari LIA. aku rindu semuanya tentang kamu Guh. namun, Allah memang Maha Penentu Kebijakan. kita tidak dapat melakukan itu bersama lagi.
aku juga ingin menyampikan rasa terima kasihku yang sebesar-besarnya sama kamu. kamu cowok pertama dan satu-satunya yang bisa buat aku merasa spesial. ketika bersama kamu, aku merasakan sesuatu yang benar-benar membuat hati aku senang dan berbunga-bunga. aku sadar itu adalah cinta. aku gak tahu kamu merasakan hal yang sama atau gak. Ray dan Nita sering iri melihat kedekatan kita itu. mereka merasa cemburu dengan kamu Guh. mereka juga sering bertanya apakah aku sudah ditembak kamu atau belum. ketika aku menjawab pertanyaan mereka, mereka merasa kecewa sama kamu. lucu ya Guh, kenapa jadi mereka yang kecewa. aku sendiri pun tidak terlalu memperdulikan status tersebut. bagiku, dekat dengan kamu sudah merupakan hal yang sangat istimewa bagiku. hati aku pun gak pernah merasakan kesepian ketika dekat denganmu.
Guh, aku juga mau minta maaf. aku gak pernah cerita ke kamu tentang penyakit yang aku derita. mungkin kamu masih ingat, ketika aku hampir jatuh karena pusing. itu bukan pusing biasa Guh. itu adalah efek penyakit kanker otak yang sedang aku derita. aku tidak mau cerita ke kamu, takut mengganggu pikiranmu.
Guh, ketika kamu membaca surat ini. aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. aku sudah kembali kepada Allah SWT. terima kasih kamu sudah memberikan hari-hari yang menyenangkan sebelum akhir hidupku. terima kasih sudah mengkhawatirkan aku. terima kasih sudah mau menjagaku. kamu cowok yang benar-benar spesial dalam hidup aku. kamu cowok satu-satunya dan yang pertama yang memberikan perhatian lebih kepadaku. ketika aku sudah berada di alam sana. aku akan menceritakan semua kebaikan kamu kepada orang-orang disana. aku akan menceritakan semua kenangan tentang kamu kepada teman-teman baru disana.
jangan bersedih Guh. aku percaya kamu kuat. aku percaya kamu dapat menerima kepergianku ini dengan kesabaran dan keluasan hati. aku cuma berharap kamu bisa melanjutkan sisa hidupmu dengan ceria dan semangat seperti biasanya. kamu adalah Naruto bagi aku. kamu selalu enerjik, perhatian, penyayang dan gak pantang menyerah.
selamat tinggal Guh. aku harap kita bisa dipertemukan kembali di tempat terbaik di sana. selamat tinggal cinta pertamaku.
Lisa
---
aku tak sanggup menahan air mataku yang sudah mulai keluar sejak aku membaca paragraf kedua. tak ada kata-kata yang sanggup aku lontarkan setelah membaca surat itu. hatiku seperti bunga dendelion yang mati dikala sedang mekar dan tertiup angin pelan dan halus. tahajudku pun tidak khusyuk malam itu. air mata berderai deras di pipiku. aku hanya melaksanakan 2 rakaat saja. setelah itu aku berdoa. dalam doaku aku menangis sejadi-jadinya. tidak hanya menangis karena meratapi dosa-dosaku, tapi aku juga menangis karena kepergian Lisa. aku benar-benar tak sanggup menahan kesedihanku ini. tapi aku berjanji pada diriku sendiri dan tentunya kepada Lisa. seperti yang ia inginkan, aku harus kuat. aku harus bisa menjalani hidupku ini dengan ceria dan semangat. aku harus bisa menjadi Naruto seperti yang Lisa inginkan.
kini amplop dan surat dari Lisa itu tersimpan rapi di laci meja belajarku. kalung huruf L yang berbahan stainless steel dan sudah dilapisi cat anti karat berwarna platina juga ku simpan rapi di dalam laci tersebut. kalung yang ku beli di Yogya itu tadinya akan ku berikan kepada Lisa ketika aku akan mengungkapkan isi hatiku. tapi biarlah, itu akan menjadi kenangan yang terindah dalam hidupku yang akan ku simpan juga di lubuk hatiku yang terdalam. aku juga membiarkan ruang hampa yang sudah ku persiapkan untuk Lisa dalam hatiku terkunci rapat bersama kenangan-kenangan indahnya.
Selamat tinggal Lisa. selamat tinggal cinta pertamaku...
dedicated to:
Allisa Andananingtyas
21 April 1990 - 22 Agustus 2004

(Bagian V) 5 Tahun mengenang kepergian dia, August 30, 2009




seminggu kemudian, seperti yang sudah kami janjikan dan Lisa menyanggupinya, akhirnya kami jadi pergi menonton. oral test di LIA memang hanya sebentar saja. sehingga kami masih bisa menonton untuk jadwal penayangan pukul 15.55. setelah oral test, aku dan Lisa pergi ke Musholah dulu untuk mengerjakan sholat ashar. seperti biasa, aku dan Lisa berjalan kaki dari LIA sampai Kalibata Mall. sedangkan Ray dan Nita naik angkot, mereka akan membelikan dulu tiketnya untuk kami nonton.
masih gelak tawa dan canda mengiringi perjalanan kami. matahari yang kala itu sudah menampakan warna oranyenya malu-malu menatap kami dari kumpulan nimbus yang tebal. tak lupa kesegaran es kelapa muda dengan gula putih hampir selalu menemani kami disaat jalan bersama. namun, dalam perjalan kali ini ada kejadian yang tak terduga yang terjadi pada Lisa. sekitar 25 meter setelah kios es kelapa dan 30meter sebelum gerbang kompleks perumahan anggota DPR Kalibata, Lisa berjalan terhuyung-huyung. beberapa saat kemudian keseimbangannya pun hilang. untungnya aku sigap disisi kanannya. tubuhnya yang berbobot sekitar 28kg sudah miring 20derajat ke kanan, ku tahan sekuat badan dan tenagaku. es kelapa yang ada di tangan kirinya pun jatuh dan berceceran di atas trotoar. untungnya Lisa masih menguasai kesadarannya. ia berjalan tertatih-tatih sambil ku pegangi pinggangnya mencari tempat kering yang tidak kena basahan dari es kelapa yang jatuh tadi untuk duduk. ia duduk sambil meringis, memijat kepalanya dengan tangan kirinya.
"Kenapa Lis??" tanyaku khawatir
"Gak tahu Guh, tiba-tiba kepalaku pusing banget"
"belum makan emangnya?? aku beliin obat ya di situ terus gak usah nonton deh sekarang, biar kamu pulang dan istirahat"
"gak usah Guh, gak apa-apa, bentar lagi juga hilang pusingnya"
"tapi kelihatannya kamu pucat banget Lis"
"gak apa-apa Guh, makasih, yukk, udah agak mendingan nih" katanya sembari bangkit. namun keseimbangan tubuhnya belum sepenuhnya ia dapatkan. ia hampir jatuh lagi, untungnya aku sigap dan kembali menahan tubuhnya itu. ku suruh dia duduk kembali.
"tuh kan, kamu tuh emang sakit, yaudah aku beli obat ya?? dan gak usah nonton"
"beliin obat aja Guh, kita tetap jadi nonton, gak enak sama Ray dan Nita, tolong belikan Bodrex aja."
"lho harusnya mereka yang gak enak sama ka...," sebelum selesai Lisa memotong kalimatku
"aku gak mau mengecewakan mereka Guh,"
"hmmm..., ya sudahlah, tunggu sebentar ya" kata ku. setelah itu aku berlari ke warung terdekat untuk membeli obat dan air mineral dan segera berlari kembali ke Lisa. dia masih duduk memegangi kepalanya.
"ini Lis obat dan airnya"
"makasih Guh" segera ia minum obat yang aku berikan. beberapa saat kemudian, ia mencoba bangkit kembali. keseimbangan tubuhnya yang belum pulih benar membuatku bersiap lagi dengan memegangi tangannya yang halus itu, jikalau ia terjatuh lagi. tetapi kali ini dengan cepat ia mampu menahan berat tubuhnya sendiri. setelah ia mendapatkan kembali keseimbangannya, kami melanjutkan perjalanan. dengan langkah kecil kami melanjutkan perjalanannya. langkah anggun Lisa yang dulu kini tampak tidak beraturan. aku semakin khawatir dengan kondisinya saat itu.
beberapa menit kemudian kami sampai di bioskop Kalibata Mall. kami sampai pas dengan mulai dibukanya pintu bioskop yang memutar Ada Apa Dengan Cinta. ku lihat Ray dan Nita sudah menunggu dengan cemas di depan pintu bioskop 2. segera kami mendekati mereka.
"ada apa Guh, kok lama banget??" tanya Ray
"ini Lisa, tadi dia sakit, kepalanya pusing banget katanya. tadinya mau gue batalin biar dia pulang dan istirahat. tapi dia tolak"
"loe beneran gak apa-apa Lis??" sekarang Nita bertanya ke Lisa
"gak, gak apa-apa kok Nit, yukk masuk aja, jangan terlalu mengkhawatirkan aku" jawab Lisa
"yaudah deh, yuk masuk, nih tiket kalian." kata Nita sembari meberikan 2 buah tiket bioskop kepadaku.
133 menit lama film AADC yang kami tonton. beragam reaksi ku lihat dari para penonton yang menonton bersama kami. aku melihat ke arah Lisa, aku tak tahu apakah ia menonton pertunjukkan bioskopnya pada saat itu. karena ketika ku lihat dia sedang memejamkan matanya. kalau seandainya ia tertidur, itu lebih baik menurutku. setelah film usai ku bangunkan Lisa dengan mengguncangkan pelan badannya.
"Lis, bangun, udah selesai filmnya"
"oh..., maaf, aku ketiduran, pengaruh obat kayaknya"
"yah, kok loe tidur Lis, padahal kan filmnya bagus" kata Ray
"maaf, tapi aku ngantuk banget, tapi aku tadi juga sempat nonton banyak kok"
"oke, yukk keluar" kata Ray lagi. kami menunggu sebentar sampai antrian penonton yang lumayan banyak itu habis, lalu kami keluar. setelah di luar, Nita mengajak kami untuk makan dulu. waktu pada saat itu menunjukan pukul 17.15, aku pun bertanya kepada Lisa tentang ajakan Nita tersebut.
"Gimana Lis, kamu mau makan dulu??" tanyaku
"hmmm..., iya deh aku makan dulu" jawab Lisa.
"oke, mau makan dimana kita??" tanyaku pada Nita
"KFC aja kali ya, lumayan murah soalnya daripada McD" jawab Nita
"yaudah, yukk..." ajak Ray.
ketika makan, ku lihat Lisa tampak murung dan tidak bersemangat memakan paket Rp 10.000 KFC.
"Kenapa Lis, dihabiskan donk makanannya" kata ku
"Duileh Teguh, perhatian banget ma Lisa, hahahaha..."
"bukannya perhatian gue, tapi khawatir aja, coz tadi dia udah mau pingsan"
"Hah...!? iya Lis??" kata Nita Kaget. Lisa hanya menjawabnya dengan senyum. selesai makan aku mengajak mereka untuk sholat maghrib dulu sebelum pulang. setelah sholat maghrib, kali ini secara sadar aku memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa akan kesehatan Lisa. baru kali ini aku memanjatkan doa secara khusus dan spesifik kepada seorang teman, terlebih teman wanita. sangat jarang aku memanjatkan doa dengan menyebutkan nama seoang teman dalam doa-doaku. aku terbiasa berdoa untuk teman-temanku secara umum. sepertinya memang ada sesuatu yang membuatku begitu perhatian kepada Lisa. perhatian lebih yang ku berikan secara fisik dan imateri memang sangat besar kepada Lisa. mungkin ini lah yang banyak orang bilang tentang cinta.
selesai sholat kami pun pulang. aku memutuskan untuk mengantar Lisa pulang, setidaknya sampai depan rumahnya. aku pun menelpon orangtuaku dulu untuk meminta izin untuk pulang malam. atas berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk naik angkot saja ketimbang naik kereta. kami naik angkot 02A yang berwarna biru muda jurusan Kp. Melayu via Tebet. angkotnya ketika itu masih kosong. Ray, Nita, Lisa dan aku masuk bergantian. kami mengambil tempat duduk di bagian dalam. Ray dan Nita duduk di kursi 6. aku dan Lisa berdampingan duduk di kursi 4. LIsa duduk dekat jendela belakang. selama pejalanan di angkot aku, Ray dan Nita banyak mengobrol. sedangkan Lisa sepertinya tertidur. tiba-tiba Lisa menyandarkan kepalanya di pundakku. Ray dan Nita hanya bisa tersenyum melihat kejadian itu. aku pun tak dapat dan tak mungkin mengelak. jadi selama perjalanan sampai depan komplek perumahan Tebet, Lisa tertidur diatas pundakku. ku singkirkan poni yang menutupi keningnya dengan telapak tangan kiriku untuk merasakan suhu tubuhna saat itu. badannya hangat, sepertinya dia memang benar-benar sakit.
sekitar 45menit, kami lalui perjalanan dari Kalibata sampai komplek perumahan Tebet. dengan aba-aba dari Ray untuk membangunkan Lisa karena sudah sampai, ku tepuk pundak kanan Lisa pelan untuk membangunkannya.
"Lis bangun, udah sampai depan komplek rumah kamu nih" kataku
"Oh..., eh maaf Guh, aku tidur di pundak kamu"
"biasa aja kali Lis, yuk turun" ku keluarkan uang sepuluh ribuan untuk membayar angkot untuk 4 orang. kami berjalan menyusuri komplek perumahan itu. sampai akhirnya kami berhenti di sebuah rumah dengan pagar hitam dan cat tembok putih. rumah ini adalah rumah Lisa. tidak berbeda jauh dengan rumah-rumah di komplek itu bentuknya. rumahnya terbilang luas. ku perkirakan luasnya mencapai 500 - 600 meter2. rumahnya memiliki halaman depan yang luas. kira-kira halaman tersebut memiliki luas sekitar 27m kuadrat. rumput golf menyelimuti hampir 3/4 halaman depan rumahnya. ada jalan setapak yang berisikan ratusan batu koral putih yang bersih. 3 pohon Hyuphorbe lagenicaulis (Palem Botol) berjejer rapi di balik pagar. dan 3 pohon kembang sepatu yang telah dipangkas menyerupai tumbuhan jamur tertata rapi di taman tersebut. disisi kanan taman tersebut ada sebuah air terjun buatan bertingkat tiga. suara percikkan airnya mampu membuat tenang pikiran orang-orang yang mendengarnya. namun yang menarik perhatianku bukanlah suara percikkan air tersebut. melainkan tatanan rapi berbagai jenis bunga yang tertata begitu rapih di sekeliling air terjun itu. 5 tanaman kamboja jepang dengan mahkota bungannya yang berwarna pink itu mekar penuh dan menunjukan pangkalnya yang berwarna putih berdiri rapi di sisi kanan air terjun. di sebelh kamboja jepang, ada kumpulan Rosa alba (mawar putih) yang juga sedang memekarkan bunganya berjejer rapi mengelilingi air terjun sampai disisi kirinya. lalu terakhir ada tanaman melati yang pula memekarkan bunganya. semerbak wangi bunga tersebut menyeruak dihembus angin-angin kecil yang dihasilkan oleh percikkan air terjun. Ray menggeser pagar dorong rumah Lisa ke kanan dan kami masuk. Lisa mempersilahkan kami duduk di kursi yang sudah ada di teras rumahnya. kami duduk yang berasal dari anyaman bambu yang sepertinya berasal dari daerah pengrajin bambu di Kulonprogo. ku perhatikan lagi taman di rumahnya itu. tak hanya di sekirat air terjun buatan yang memiliki bunga. tepat di depan kami, tepatnya di depan teras juga berbjejer tanaman Tunakarmen. namun, tanaman ini belum berbunga. tanaman ini baru berbunga ketikan musimkering tiba. 4 pot gantung berisi tanaman wijaya kusuma atau bunga sedap malam yang siap memekarkan kuncup bunganya. konon katanya orang yang menanam tanaman ini adalah orang yang paling sabar dan penuh kasih sayang diantara yang lain.
tidak beberapa lama kemudian Lisa keluar lagi membawakan sebotol sirup yang berisi air putih dingin dan 3 buah gelas. ia pu duduk bersama kami di kursi yang terbuat dari anyaman bambu tersebut. lalu seorang wanita keluar. Lisa memperkenalkan wanita tersebut sebagai Ibunya. lalu suasana akrab pun terbangun diantara kami. dalam pembicaraan kami malam itu, Ibunya Lisa banyak bercerita tentang pribadi Lisa kepadaku. diantara orang-orang yang berada di teras seluas 9m2 itu, aku adalah orang baru. dan tak ku sangka, taman yang indah dengan berbagai macam bunga yang ada disana, semuanya ditanam dan dirawat oleh Lisa sendiri. dalam hatiku, ku puji dan ku kagumi ketelatenan dan kesabaran Lisa dalam merawat bunga-bunga tersebut. hal ini semakin membuatku jatuh hati kepada Lisa. aku tak bisa memakai kata-kata lain selain kata sempurna untuknya. dia cantik, dia pintar, dia penyayang, dia penyabar.
to be continued...