Tuesday, 4 August 2015

( Episode II ) 5 Tahun Mengenang Kepergian Dia, August 20, 2009

Hari-hariku di tempat les bahasa inggris tersebut berlalu dengan normal. hingga pada suatu hari, ketika itu aku memang sedang ada kegiatan di sekolahku. jadi, aku datang ke tempat les itu dengan terburu dan masih mengenakan baju putih-biru SMP-ku. aku sampai di sana pukul 3 lewat sedikit. aku langsung berlari menaiki tangga menuju lantai 3. sebenarnya ada lift yang dapat aku gunakan. tapi aku adalah tipe orang yang malas untuk menunggu. walaupun itu sebebnarnya tidak membuatku capai. ketika sampai di lantai 3, ketika itu pula pintu lift terbuka, dan keluarlah Lisa dengan masih mengenakan seragam SMP-nya juga. masih dengan gaya feminimnya, rambut yang tergerai rapi dan indah, bando kain yang berwarna putih, tas selempangan biru dan sepatu warrior serta kaus kai putih sebetis. saat ia memakai rok biru SMP yang sepanjang lutut itu benar-benar memesona hatiku. hal inilah yang menegaskan kalu ia memang cocok disebut sebagai cewek feminis. lalu aku dan dia saling melihat, dan seketika itu pula aku melempar senyum kepadanya dan dibalas senyumku dengan senyumnya yang menawan dan anggun dari bibir tipisnya itu. karena berpikir ada teman terlambat, aku memperlambat langkahku sambil mengatur nafasku yang agak tersenggal-senggal.

sesampainya di depan pintu kelas, aku mengetuk pintu dan membuka pintu kelas. ku persilahkan Lisa untuk masuk terlebih dahulu dengan aku masih memegang daun pintu kelas yang terbuka ke dalam. ketika ia lewat di depanku, kibaran rambutnya yang panjang kembali memesona hatiku. indah dan menenangkan, itulah kesanku ketika melihat hal tersebut. di dalam kelas tersebut tersisa 2 kursi kuliah, yang satu agak goyang mejanya, yang satu lagi terlihat lebih normal dan bagus. Lisa sepertinya bingung memilih kursi mana yang akan dia duduki. sepertinya ia tidak enak denganku dan akan memberikan kursi yang agak bagusan untuk diriku. tetapi aku menolak, aku malah mempersilahkan ia duduk di kursi yang bagus itu. aku melakukan hal tersebut bukan untuk mencari perhatian atau dianggap lebih gentle, tetapi sikap tersebut memang selalu muncul. aku lebih suka memberikan tempat yang bagus untuk orang lain ketimbang untuk diriku, walaupun aku bisa saja mendapatkannya. hal tersebut memberikan suatu kepuasan dan kesenangan dalam batinku. ketika kami duduk, guru kelasku berkata sambil tersenyum
"that's what man should do to woman??"
beberapa saat kemudian, pecah keheningan kelas dengan nada-nada yang mengejek kepadaku dan Lisa.
"Cie Teguh..., Cie Lisa...,"
aku dan Lisa hanya bisa tersenyum dan saling memandang. ku lihat wajah LIsa yang memerah menahan malu. ketika aku memandang Lisa, guruku kembali mengucapkan ledekannya yang membuat semakin riuh suasana kelas.
"kayaknya Teguh dan Lisa emang cocok ya, hahahaha..."
"Cie...,"
aku tidak tahu, atas dasar apa guruku itu melontarkan kata-kata seperti itu. ketika aku memandang seisi kelas, memang hanya aku dan Lisa yang mengenakan seragam SMP. setelah suasana agak tenang, guruku melanjutkan penjelasannya yang terputus karena kedatangan kami berdua. lalu dalam salah satu bagian dari pelajaran tersebut terdapat tugas kelompok yang harus dikerjakan oleh 2 orang. dan ketika itu pula, guruku kembali meledekku dan Lisa.
"2 orang sudah terpilih, sisanya buat kelompok sendiri ya??" kelas hening sejenak dan kemudian meledak dengan tawa ceria beserta ledekan yang diarahkan kepadaku dan Lisa.
"Cie..., kayaknya jadi nih, hahahaha..."

yah apa boleh buat, aku akhirnya bekerja sama dengan Lisa. tugas kelompok tersebut hanyalah membuat sebuah dialog percakapan dengan menggunakan adjektive clause. mungkin karena kami sama-sama pemalu, agak lama kami sibuk dengan "kegiatan" sendiri. aku masih memainkan pulpenku dan ia mencoba menuliskan sesuatu. dengan agak canggung aku memulai percakapan tentang tugas yang akan kami buat. ku beberkan ide-ideku tentang percakapan yang ada di otakku. ia pun juga memberikan ide-idenya. suaranya sangat merdu dan indah di telingaku. seperti gemercik air yang mengalir dari mata air pegunungan. begitu menenangkan dan tetap memesona hatiku. dan setelah ia memberikan ide-idenya, kami pun mendiskusikannya untuk memilih percakapan mana yang mudah yang akan kami pilih. ia merupakan salah satu cewek yang cerdas yang ku kenal. tutur katanya begitu halus. setiap diksi yang ia pilih seakan menegaskan dia adalah wanita feminis yang supan dan santun. agak canggung sebenarnya aku mengobrol dengannya. dia menggunakan sapaan "aku-kamu" sedangkan aku masih menggunakan "gw-lu". tapi aku mencoba mengikuti kesopanannya dengan menggunakan sapaan "aku-kamu". walaupus sering terceplos kata "gw" atau "elu", sepertinya dia menanggapinya dengan senymannya yang indah itu dan memakluminya. selesai berdiskusi dan memilih kami pun mencoba membuat dialog dan mencoba menghafalkannya. aku tak tahu, apakah karena kami sudah mengerti tentang pelajaran ini atau memang mudah, kegiatan menghafal ini tidak memakan waktu yang cukup lama. ketika yang lainnya masih sibuk menghafal dan bahkan masih ada yang memberikan idenya. kami sudah selesai, dan ketika itu pula aku meminta persetujuan Lisa untuk maju duluan. dan ia menyetujuinya. dan kami pun maju, tak lupa disertai dengan ledekan-ledekan yang benar-benar membuatku tersipu malu. kami pun melaksanakan tugas peran tersebut dengan cepat dan baik. ketika kami selesai pun tak lupa guru dan teman-teman kelasku kembali meledek ku dan Lisa.
setelah melaksanakn tugas itu, kami kembali melakukan "kegiatan" masing2. aku kembali memainkan pulpenku dan dia menggambar di buku modul. aku memberanikan diri untuk membuka percakapan.
"suka gambar...??" tanyaku ramah
"iya" jawabnya singkat
to be continued...

No comments: